Kamis, 19 April 2012

CATATAN TAHUN BARU


Malam yang semakin larut dan tak ada lagi sosok yang berlalu lalang didepan teras rumahku, yang ada hanyalah suara jangkrik dan hamparan angin malam yang dingin menusuk kulit dan menghempas sampai ketulang. Aku duduk terdiam dalam lamunanku, membayangkan dan berfikir mengapa semuanya kosong? Apa yang sedang mereka fikirkan, Hingga kita berpecah seperti ini?
Dimalam ini aku hanya duduk terdiam tanpa berkata seribu kalimat yang sering aku ucapkan. Hanya kedipan mata yang penuh tanda tanya yang aku sorotkan ke beberapa bintang yang menemaniku malam ini. Persahabatan yang mungkin belum lama kita jalin kini retak seperti kaca yang pecah, serpihannya bertebaran dengan fikiran mereka masing-masing. Ada yang bertebaran tanpa kawan dan ada juga yang bertebaran dengan kawan. Saat ini aku tak tahu aku memihak siapa, siapa yang salah dan siapa yang benar, siapa yang berhak dan siapa yang tidak berhak. Semuanya menjadi pertanyaanku setiap kali aku melihat mereka berseteru. Suasana persahabatan itu berubah menjadi suasana permusuhan seperti singa yang haus akan mangsanya. Siapa yang berhak atas mangsanya dan yang kuatlah yang akan menang.
***
Pagi itu aku terdiam disudut lorong kantin, menunggu ketiga sahabatku datang. Disana aku masih dalam keadaan tidak sadar seperti aku masih berada dalam mimpiku. Keinginanku untuk menyatukan kaca-kaca yang telah retak itu menjadi sebuah kaca yang indah dengan hiasan-hiasan lampu yang berpijar membuatku banyak melamun. Aku terus terhanyut dalam lamunanku, yang ada diotakku saat ini hanyalah sahabat-sahabatku.
“Ra…..!!” terdengar suara yang memanggilku dari belakang. Suara itu memecah lamunanku dan aku serentank menoleh kearah suara itu.
“Ra, gimana sich kamu itu. dipanggil tiga kali nggak ada respon sama sekali. Ngelamunin apa sich?” tanya sahabatku astrid.
“hayoo.. ngelamunin Fandi ya?” goda temanku syasya.
“ah…. Kalian ini, nggak kok cuma lagi mencari imajinasi nich buat cerpen baruku…. hehehehe” jawabku bergurau.
“lho.. kalian cuma berdua? Thata keman?” sambungku lagi
“udahlah jangan bahas thata disini, males banget punya sahabat yang nggak punya hati seperti dia.” Jawab astrid dengan ketusnya.
“iya Ra, udahlah kamu jangan bahas-bahas penghiyanat itu lagi. dia lebih memilih laki-laki itu dibanding kita-kita, sahabatnya. Dia malah milih cowok yang belum dia kenal. Apa coba kalau bukan penghiyanat?” sahut syasya dengan wajah yang garang.
Aku hanya terdiam dengan seribu kalimat yang keluar dari bibir astrid dan syasya. Aku bingung dengan apa yang mereka fikirkan. Mengapa hanya gara-gara sosok baru yang hadir dalam persahabatan kami membuat semuanya retak. Hanya gara-gara Indra kakak kelas kami yang mulai mendekati Thata.
“ngapain sich kalian terus-terusan kayak gini? Aku bingung mengapa kita nggak bisa akur kayak dulu lagi. Apa yang salah?” tanyaku dengan sorot mata yang berkaca dan pergi meninggalkan astrid dan syasya.
***
Kuberjalan dengan penuh fikiran. Tanpa tentu arah aku terus menelusuri jalan yang tanpa tujuan. Menjelajahi fikiranku yang membuatku slalu bertanya-tanya. Tanpa ku sadari, aku sampai pada ujung jalan yang sering kami berempat singgahi sepulang sekolah. Aku duduk diantara bunga-bunga yang memberikan warna tempat favorit kami. Indah dan membuat hatiku tenang saat berada disana. Aku mulai berfikir kapan waktu yang tepat untuk mempertemukan mereka bertiga dan menyatukan retakan-retakan itu.
“Kring.. kring.. kring..” tiba-tiba HP ku berbunyi dan ku lihat ada satu pesan dari Fandi.
Sayang, kamu sekarang ada dimana? Aku cari disekolah kamu sudah nggak ada. Nanti sore aku tunggu kamu ditempat biasa ya. Love you sayang.
***
“sayang, kamu kok bengong aja? Ada masalah? Kamu cerita dong sama aku.” hibur Fandi sambil menatap mataku yang kosong.
Aku hanya terdiam dan entah memengapa seperti hanya ragaku yang ada saat ini bersama Fandi. Semua fikiranku melayang entah kemana. Semuaya serasa mengambang dalam ingatanku.
“sayang…” panggil Fadil membangunkanku dari lamunanku.
“i……..iya syang, ada apa?” jawabku kaget.
Fandi pun memeluk tubuhku dan dia terus memberiku semangat dan dorongan. Dia tak henti-hentinya memeluk dan mencium keningku untuk menunjukan bahwa dia akan slalu ada untukku. Akupun mulai bangkit dari semua lamunanku dalam dekapan Fandi aku bertekat untuk mencoba menyatukan sahabat-sahabatku yang kini tak lagi kukuh dalam janji kami.
“aku percaya kamu pasti bisa sayang. Jangan pernah kamu menyerah dan terpuruk dalam masalah-masalah yang sedang kamu hadapi aku yakin kamu bisa melewatinya dan aku akan selalu disisimu dalam keadaan apapu Rara sayang.” Bisik Fandi yang masih memeluk tubuhku yang semakin erat dia memeluknya.
***
Pagi yang indah dengan ribuan suara burung yang merdu dan embun masih terasa basah mengenai kulitku. Aku duduk didalam angkot yang masih sedikit penumpag yang diangkut. Pagi ini sebelum malam tahun baru aku berencana mempertemukan mereka bertiga untuk menyelesaikan masalah kami. Aku tidak ingin persahabatan kami terus memanas.
Sesampainya aku dirumah astrid, dihalamannya aku terdiam sebentar. Aku melihat sekeliling rumah asrid yang terlihat sepi. Taman yang kotor dengan banyaknya daun yang berguguran. Perlahan-lahan aku berjalan menuju pintu utama dan selangkah aku perjalan aku mendengar jeritan yang sangat lantang dari dalam rumah itu. Setelah mendengar jeritan itu, aku mempercepat langkahku dan membuka pintu itu, yang ku lihat astrid yang terkapar dilantai dengan darah dipergelangan tangannya. Aku segera membawa astrid yang dengan penuh darah dinadinya kerumah sakit. Kebingungan, ketakutan, kekhawatiran dan kesedihan mulai menguasai diriku seperti aku tak mampu menopang diriku sendiri.
***
Sampailah aku dirumah sakit, tanganku masih berlumuran darah. Disana aku seperti orang yang sedang dikejar-kejar rasa takutku sendiri. Syasya dan Thata pun tiba dirumah sakit dan langsug memegang pundakku dengan memberontak dan mata mereka haus akan pertanyaan-pertanyaan. Aku masih tak tersadar dari fikiranku sendiri, aku masih tak percaya dengan apa yang sedang aku lihat dan aku saksikan. Sahabatku mencoba ngengakhiri nyawanya sendiri.
“Ra…. Bagaimana keadaan astrid?” tanya Thata dengan memengang tanganku
“Ra…. Kamu jangan diam aja dong, kami tanya bagaimana keadaan astrid dan kenapa sampai kayak gini?” sambung syasya dengan penuh rasa penasaran.
“A….aku…. aku nggak tahu, aku datang astrid udah terkapar dilantai dengan darah dinadinya.” Jelasku dengan masih tak percaya.
Dokterpun keluar dari kamar Astrid dan langsung menemui kami yang penasaran dengan keadaan Astrid.
“kalian keluarganya?” tanya dokter kepada kami yang berdiri didepan pintu.
“kami sahabatnya dok. Bagaimana keadaan sahabat kami dok?” tanya Syasya.
“syukur alhamdulilah, sahabat kalian bisa terselamatkan. Ini berkat adek ini yang cepat membawanya ke rumah sakit, telat beberapa menit saja bisa fatal.” Jelas dokter sambil meligat kearahku yang msih nampak seperti orang yang hilang kesadaran.
Kami benar-benar bersyukur dan merasa lega dengan kabar yang diberikan kepada kami semua. Diaknosa dokter mengatakan ada sedikit gangguan syaraf di dalam otak astrid sehingga dia nekat melakukan hal-hal diluar akal sehat. Itu semua diakibatkan dari masalah-masalah yang sedang diahadapinya dan hanya orang-orang didekatnyalah yang bisa menyembuhkannya.
***
Ke esokan harinya bertepatan dimalam tahun baru, astrid pun mulai tersadar dari obat bius yang diberikan dokter dan saat dia tersadar aku yang sedang berada bersamanya. Aku tersentak saat astrid menyebuat nama kami bertiga segeralah aku memberi kabar Thata dan Syasya untuk kerumah sakit. Saat itu astrid terus-terusan memanggil nama kami dan dia ingin segera bertemu Thatha dan Syasya,
Tak lama beberapa jam Thata dan Syasya tiba dirumah sakit dan kami berempatpun saling pertemu. Tatapan kami terus tertuju pada astrid yang sedang terbaring lemah diatas bulu-bulu lembut yang menopang tubuhnya yang masih lemah.
“Tha….” Kata astrid yang menatap kearah Thata.
“iya, As..” jawab Thata seraya memegang tangan Astrid.
“maafin aku ya, yang selalu mementingkan ego ku. Aku seharusnya seneng melihat kamu bersama Indra. Aku hanya takut kamu tak perduli lagi dengan kita saat setelah kamu jadian dengan indra.” Jelas astrid yang terus menatap Thata dengan mata yang berkaca-kaca.
“iya Tha.. maafin aku juga ya jika aku selalu menghakimi kamu. Aku hanya takut kehilangan sahabat seperti kamu.” Lanjut Syasya yang mendekat kearah Thata.
“hemmmm…(sedikit mengambil nafas). Iya kawan, aku sudah memaafkan kalian semua. Aku juga tak menyalahkan kalian dengan apa yang kalian perbuat kepadaku dan aku tak akan pernah meninggalkan kalian, sahabat-sahabatku”  jawab Thata dengan tersenyum kepada kami. Kamipun membalas senyumannya dan kami kembali akur seperti kaca-kaca yang baru.
“hay.. hay.. malam ini malam tahun baru temen-temen, bagaimana kalau kita lihat kembang api barengan?” selaku untuk mencairkan suasanya.
“Tapi astrid masih dalam perawatan.” Lanjut Thata.
“aku udah baekkan kok kawan.” Jawab astrid sambil melihat kearah Thata.
“Oke, kalau begitu nanti malam kita bawa kabur Astrid.” Syasya member ide dengan wajah yang berbinar-binar. Kamipun setuju dengan ide Syasya.
***
Malam harinya kami bertiga melancarkan aksi kami untuk membawa astrid kabur dari rumah skiat. Mungkin ide ini, ide yang gila dan terlalu beresiko karena keadaan astrid yang masih belum setabil tapi kami akan selalu menjaga astrid dan kami akan selalu bersamanya.
Sebelum jam 12 malam kami telah sampai dibukit belakang rumah sakit. Kami menantikan kembang api bersama-sama tanda bergantian tahun. Tak lama beberapa menit (siittttttttt…….. terrrrrr…. Siiiittttt…….. duuooorrrrrr) pesta kembang api dimulai. Kami berempat terpanah melihat keindahan itu, dan kami menikmati pergantian tahun bersama-sama. Kami saling menatap satu sama lain, tersenyum dalam kedamaian.
Inilah persahabatan yang indah yang menjadi kado terindah dimalam tahun baru ini. Aku dan semua masalalu ditahun kemarin akan menjadi catatan-catatan terindah dan terpahit. Membuka kembali catatan-catatan yang akn membuatku dan orang disekelilingku menjadi lebih baik, menjadikan semua catatan-catatan yang lalu sebagai pelajaran dan pengalaman. Tak perlu kita selalu melihat dan membuka catatan-catatan itu. Ku tutup catatan masalaluku dan ku buka catatan tahun baruku. HAPPY NEW YEAR ALL.


by: Winda Prameswara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar