“Aku
dilahirkan dari sebuah kedalaman rasa, bhkan aku tak pernah merasakan dalam
kehidupanku sebuah logika. Semuanya rasa. Ibarat seseorang tergores pisau tajam
berkilau lalu ngilu, lalu perih, lalu limbung. Itulah, semacam itulah kehidupan
yang telah menjadi ruang bagi gerakku. Ibuku juga rasa itu. Ibuku bahkan guru
dari rasa. Ia seperti tak pernah berpikir. Ia membimbingku dengan rasa. Ibu muncul
di hadapanku seperti desiran angin malam saat jendela masih terbuka, atau
kadang seperti guyuran hujan lebat saat aku tak berpayung. Dan kini aku hadir
menebar rasa buat siapa saja!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar